Sambut Malam Ela-Ela, Warga Gamayou Gelar Tradisi Selo Guto

TERNATE, MALUTTODAY.com – Puluhan warga Gamayou Kelurahan Makassar Barat, sambut Malam Lailatul Qadar atau Malam ela-ela dengan menggelar Tradisi Guto. Senin (17/4/2023) malam ini.

Tradisi Guto ini berlangsung di depan Mushola Nurun Najjah, RT 002 Kelurahan Makassar Barat, Kecamatan Ternate Tengah Kota Ternate Provinsi Maluku Utara.

Dalam pelaksanaan kegiatan, puluhan warga mulai dari anak-anak, remaja dan orang tetua kampung hadir penuh antusias, menikmati sajian sastra, beserta rangkaian kegiatan Tradisi Guto ini.

Tradisi ini merupakan pembakaran pelita ela-ela yang juga dilengkapi ritual Selo Guto sebagai ungkapan rasa syukur kepada Kehadirat Allah SWT, disertai rasa terima kasih pada alam yang diwujudkan dalam bentuk simbol.

Tampak simbolisasi ritual Selo Guto dengan hasil-hasil alam berupa pisang, tebu berdiri tegak di depan Mushola, terlihat pula kelapa, jagung dan buah-buahan lainnya mewarnai tradisi pembakaran ela-ela itu.

Diketahui kegiatan ini dapat dilaksanakan atas kerja sama Remaja Musolah Nurun Najjah, Pemuda Gamayou dan Keluarga Besar Folasimo. Turut hadir dalam kegiatan pemuda RT 002 RW 004 Hamzah Dahlan, Ketua Umum Keluarga Besar Folasimo Ustadz Jufri Abuhair dan Koordinator Kegiatan Syafruddin Dahlan serta Fandi Mandilis bersama teman-teman Naga Hitam.

Saat memulai, pembaca sastra lisan mengkumandankan shalawat, Alhamumma shalli ala saiyidina muhammad yang disertai ucapan pujian berbahasa Ternate kepada Allah SWT, yakni Suba Jou Giki Amoi.

Selaku Ketua Umum Folasimo yang juga membacakan sastra lisan itu, Jufri Abuhair menyampaikan Jou suba se ngon moi-moi, atau berarti suba dan salam kepada seluruh warga yang menghadiri.

“Ada sebuah tradisi turun temurun yang disebut Guto yang berarti Obor, tradisi ini dilakukan tepat pada malam pertama ela-ela,” ungkap Ketua Umum Folasimo saat kegiatan berlangsung.

Disebutkannya, bahwa tradisi ini pernah dilaksanakan puluhan tahun lalu oleh tetua-tetua dulu dikampung Batu Kadera Gamayou ini. Dimana tradisi ini merupakan simbol kegembiraan masyarakat atas turunnya malam Lailatul Qadar serta mengharapkan setiap warga mendapatkan keberkahan di malam kemuliaan ini.

“Ada juga Selo Guto, sebagai ungkapan rasa syukur pada allah taala pemberi rejeki dan rasa terimakasih pada alam. Secara simbolik berupa hasil alam yakni pisang, tebu dan jagung dan buah-buahan lainnya. Kemudian di perebutkan khusus untuk anak-anak kecil di kampung ini,” jelasnya.

Sementara itu, Muhammad Adil selaku Ketua Panitia mengatakan, bahwa kegiatan ini dilaksanakan untuk menghidupkan kembali tradisi lama yang nyaris hilang.

“Dengan adanya kegiatan ini, sekaligus menjadi ajang silaturahmi, kita hidupkan kembali tradisi lama yang sempat hilang,” ungkapnya kepada wartawan media ini.

Menurutnya, hal ini juga pihaknya hendak menjadikan Mushalah Nurun Najjah ini sebagai simbol keagamaan dan persatuan antar Adat matoto agama Agama matoto kitabullah.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *