SOFIFI, MALUTTODAY.com – Pertumbuhan investasi di Provinsi Maluku Utara (Malut) terus alami kenaikan, di mana sepanjang tahun 2022 tercatat total nilai investasi Malut naik mencapai 55,54 persen dari tahun sebelumnya.
Hal ini diungkap Bambang P. Hermawan selaku Kepala Dinas Penamaan Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPM-PTSP) kepada wartawan di Kantor Gubernur Sofifi, Selasa (28/3/2023).
“Tahun 2022 tercapai target 124 persen, dengam targetnya 55,54 persen, realisasinya Rp. 65 Triliun. Jadi 124 persen, baik PMA (Penanaman Modal Asing) maupun PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri),” ungkapnya.
Menurut mantan Pj Gubernur Malut ini, untuk tahun 2023 target investasi Malut dirancang 78 Triliun, dan kalau 78 Triliun, per-periode harus dibagi empat, kalau dibagi begitu berarti hampir sekitar Rp. 24 Triliun per-triwulan.
Dijelaskannya terdapat dua aplikasi untuk pencatatan atau monitoring investasi. Ada aplikasi OSS dan NSWI, merupakan aplikasi perizinan, yang dikelola oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
“Yang boleh dirilis, artinya disampaikan itu adalah data dari BKPM, kita tidak boleh menyampaikan sebelum ada rilis dari BKPM. Jadi DPTM PTSP itu dilarang merilis,” katanya.
Disebutkan, sesuai pemantauan OSS Malut berada di zona aman, meski demikian dirinya mengaku kalau dari dua aplikasi pencatatan monitoring investasi itu baiknya menggunakan OSS saja, agar pihaknya juga memantau.
“Kan ada dua aplikasi itu yang selalu saya sampaikan ke BKPM, kalau memang OSS itu menjadi aplikasi tunggal, kenapa tidak pakai OSS saja. Karena OSS itu gampang pengelolaannya,” ujar mantan Pj Sekda Malut ini.
“Karena saya takutnya, contoh seperti misalnya kita, realisasi katakanlah Rp. 65 Triliun, pertanyaannya kan apakah betul hanya 65 Triliun, atau ada realisasi investasi yang dialihkan ke daerah lain. Kan hanya BKPM yang tahu,” tambahnya.
Bambang akui, kalau di aplikasi OSS pihaknya bisa pantau, misalnya PT. IWIP jika ada penambahan realisasi investasi sesuai dengan Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM) bisa diketahui.
“Bisa dipantau misalnya triwulan ada tambahan sekian, begitu pula PT. Adidaya Tangguh dan PT. NHM dan perusahaan lainnya kita bisa pantau,” jelasnya.
Ditegaskan, sehingga jika misalnya ada yang ragu-ragu terhadap data investasi, maka pihaknya bisa tanyakan betul LKPM tersebut atau tidak.
“Dibandingkan karena kalau target di aplikasi OSS, kita misalnya Rp. 100 Triliun lebih, namun kalau pada target NSWI kita cuman Rp. 78 Triliun. Padahal peminat investasi kan sedang buming di Malut,” sebutnya.
Bambang kembali menegaskan, investasi di Provinsi Malut setiap tahun pertumbuhannya cukup pesat. Di mana Tahun 2019 Malut perkembangannya 20 Triliunan.
“Dari 2019 kita 20 Triliunan, 2020 kita 30 triliunan, 2021 kita sudah 40 triliunan, 2022 kita sudah 50 triliunan atau angkanya kemarin 55,54. Dan di 2023 kita 70 Triliunan, 78 hampir 80 triliunan. Nanti 2024 kita sudah diatas 100 triliunan,” pungkasnya.