TERNATE, MALUTTODAY.com – Yati Idrus mengungkapkan penganiayaan terhadap anaknya Bripda Rahmat Gajali (22) bukan kali pertama. Hanya saja, meskipun didesak untuk melaporkan tindakan seniornya, Rahmat enggan karena demi menjaga nama baik atasan dan terutama institusi Polri yang sangat ia banggakan.
“Sudah berulangkali (dianiaya). Saya sebagai ibu punya firasat, kalau dia pulang di rumah ada apa-apa, tapi tra mau bilang, nanti saya paksa baru dia cerita. Saya bilang lapor sudah. Tapi dia bilang jangan mama, kita harus jaga nama baik pimpinan dan juga institusi kepolisian. Nah, saya juga tra bisa bikin apa-apa kalau dia bilang begitu,” kata Yati saat ditemui Maluttoday kemarin.
Melihat putra satu-satunya terbaring tak sadarkan diri, Yati mengingat nasehat dulu yang pernah dia ucapkan pada putranya, untuk tidak menjadi seorang polisi, namun Rahmat tetap bersikeras menjadi Bintara Polri karena sudah cita-citanya sejak kecil.
“Dulu saya pernah bilang dia, tra usah jadi polisi sudah, daftar di Perhubungan saja. Tapi dia bakaras mau jadi polisi, karena sudah jadi cita-citanya dari dulu ingin mengabdi menjadi seorang anggota Polri. Kalau mau dia begitu saya bisa apa,” cetusnya.
Sambung Yati, Rahmat jadi polisi itu memang sudah takdir dia, rezeki dia. Sebab, menurutnya tidak sepeserpun uang yang dikeluarkan. “Dia pe takdir deng rezeki sudah jadi polisi tu. Trada doi satu peser pun torang keluarga kse kaluar. Me torang pe ruma tu samua orang di kampong sana tau, ibarat tola kasana dia rubu,” kata Yati lagi, sambil sesekali mengusap air mata.
Lanjut Yati, kalaupun berbuat kesalahan dia ikhlas anaknya dihukum dengan sewajarnya. Namun, hatinya merasa tersayat mengetahui anaknya dijemput saat dinas dan dibawa ke gudang bulog kemudian dihajar secara tidak manusiawi.
“Kalau dapa tindak (hukuman) dan itu di lingkungan kantor masih wajar, tra apa-apa. Tapi ini, sementara dinas, ada piket dia pe senior jemput pa dia baru bawa di belakang dolog, kong pukul pa dia tu. Saya harap Pak Kapolri dan Pak Kapolda, dorang (pelaku) dapa hukuman seberat-beratnya, supaya tidak ada berikutnya junior-junior yang jadi korban lagi,” katanya berharap.
Menurut Yati, ia telah dipanggil oleh Bidang Profesi dan Pengamanan (Propam) Polda Maluku Utara untuk membuat laporan. Bahkan, ia juga disarankan oleh salah satu anggota Propam untuk melaporkan kasus ini ke Direktorat Reserse Kriminal Umum (Direskrimum).
Perlu diketahui, Bripda Rahmat Gajali (22) merupakan anggota Shabara Polda Maluku Utara yang menjalani demosi di Polres Ternate, mendapat tindakan kekerasan yang diduga dilakukan oleh 6 orang seniornya.
Rahmat menjalani demosi di Polres Ternate menurut ibunya karena lupa memperpanjang surat izin sakit, akibat cidera kaki yang dialaminya dan harus berobat ke Tidore. “Izin 4 hari, setelah itu lupa izin lanjutan,” jelas Yati.
Kronologis kekerasan oleh seniornya terhadap Rahmat menurut Yati, saat itu pada Sabtu (14/01/2023) Rahmat sedang piket di Polres Ternate. Sekitar pukul 03.00 Wit, dijemput seniornya menuju gudang bulog di Kelurahan Maliaro, Kecamatan Ternate Tengah. Setibanya disana, sudah ada 6 orang seniornya. Kemudian dari keenam orang ini empat orang melakukan pengeroyokan terhadap Rahmat. Sementara dua orang senior lainnya hanya menyaksikan.
“Sekitar enam orang, tapi yang pukul hanya empat orang. Dia dipukul di rusuk sebelah kanan, pelipis kanan sampai jatuh terus kepala tatumbu di motor. Disitu dia (Rahmat) so kse tau pusing tapi masih dong pukul, abis baru dong injang di puru deng kaki kanan yang bekas cidera,” terangnya.
Usai melakukan tindakan kekerasan, keenam seniornya ini meninggalkannya begitu saja. Beruntung, ia ditemukan dan ditolong oleh senior lainnya. “Ada dia pe senior di Lantas dapa riki, kong salah satu pelaku bilang nga kasana lia nga pe ade itu. Dia kage padahal itu Rahmat,” ujarnya.
Rahmat kemudian sekuat tenaga pulang ke rumah di Maliaro, namun tidak lama kemudian sudah terkapar di teras rumah. Sambil divideokan, ibu Rahmat bertanya apa yang menimpanya, tapi dia hanya mengerang kesakitan dan meminta agar segera dibawa ke rumah sakit.
Saat itu juga Rahmat dilarikan ke rumah sakit umum daerah Chasan Boesoirie Ternate dan mendapat perawatan intensif di Instalasi Gawat Darurat (IGD) karena sempat tidak sadarkan diri selama 3 jam serta dari mulutnya mengeluarkan busa.
“Sekarang alhamdulillah, dia so bisa buka mata, tapi tra bisa lama, dia bilang masih pusing,” terang Yati. (Red)