Jadikan Hari Ini Lebih Baik (Bagian I)

Foto: Kolonel Laut (P) Rizaldi, S.E

BERBAGAI problema dalam kehidupan di dunia ini telah ditetapkan oleh Sang Khaliq sejak manusia masih berada dalam rahim seorang wanita yang disebut Ibu. Teka Teki Sederhana (TTS): Hidup, Mati, Rezeki & Jodoh adalah Takdir, namun tetap menjadi rahasia agar setiap kita senantiasa berupaya melakukan yang terbaik setidaknya untuk diri sendiri. Perjalanan singkat hidup ini seharusnya menjadi ladang amal dan tabungan abadi kebaikan menuju kehidupan kekal di akhirat kelak.

Penggalan ilustrasi yang coba saya tuangkan dalam kalimat sederhana ini, mungkin dapat dijadikan konsep berfikir untuk menata masa depan agar menjadi lebih baik.

Bacaan Lainnya

Pembahasan seperti ini sudah banyak diuraikan oleh para pakar maupun penulis hebat. Namun dengan segala kerendahan hati izinkanlah saya mengekspresikan dari sudut pandang atau logika berfikir pribadi berdasarkan fakta kehidupan sehari-hari di sekitar kita.

Cerita kehidupan anak manusia yang dialami hari ini dan akan tetap terjadi pada masa depan merupakan pengulangan pengalaman hidup para leluhur dimasa lalu. Sehingga tidak sedikit pengalaman kehidupan telah dituliskan dan diwariskan oleh para pendahulu, meskipun ditulis pada lembaran daun lontar sehingga menjadi bait-bait primbon tua usang serta lusuh, namun tidak pudar dan terkikis oleh siklus peradaban.

Pahami, Resapi, Renungi dan Jalani mengikuti ritme putaran roda waktu dalam menjawab TTS Kehidupan:

Hidup (+ = kolom mendatar), Mati (- = kolom menurun), Rezeki (× = kolom miring) & Jodoh (÷ = kolom tengah):

HIDUP (+ = Kolom Mendatar)

Kehidupan ini mulai menggeliat dan berawal ketika kita dilahirkan ke dunia fana ini oleh susah payah dan jeritan tangis derita seorang Ibu. Menjalani hidup yang lebih berkualitas seperti mesin sistem “PERLU” yang terus berproses, karena:

– Perlu direncanakan dengan baik.

– Perlu diaktualisasikan dengan segenap kemampuan dan kemauan.

– Perlu dianalisa dan dievaluasi agar lebih introspeksi diri.

– Perlu diawasi dan dikendalikan agar tidak terjadi penyimpangan dari tujuan hidup masa depan.

Perjalanan hidup terus  bermetamorfosa menembus ruang dan waktu menyesuaikan lorong-lorong kehidupan. Untuk itu, lakukan lebih banyak kebaikan melampaui catatan waktu yang telah ditentukan hingga di penghujung desahan nafas dan jeritan kesakitan kehidupan.

Berusahalah menikmati liku-liku perjalanan hidup tanpa harus merasa terbebani oleh kemunafikan dunia dan bukan hanya sekadar bertahan dari terpaan prahara dan himpitan kesulitan hidup atau melewati hari-hari demi menggugurkan kewajiban kehidupan belaka.

Berupayalah hidupkan hari-hari yang terasa begitu suram menjadi hari-hari penuh warna  dan bermakna dengan melepaskan sejenak kepenatan jiwa dari belenggu rutinitas harian yang tiada habisnya, seakan terasa sangat serius lagi menjenuhkan bahkan membosankan.

MATI (- = Kolom Menurun).

Proses terbalik dari mesin waktu kehidupan adalah Kematian. Karena tidak ada seorangpun yang tahu kapan waktu kematian menghampiri diri. Mati tidak untuk direncanakan, namun perlu dipersiapkan menghadapinya, karena mati itu pasti datang mengunjungi setiap insan yang bernyawa. Mati itu pasti tepat waktu, tidak akan meleset dan tidak dapat dimajukan atau dimundurkan meskipun sepersekian detik. Waktu kematian tidak dapat dinegosiasi ataupun direkayasa dengan cara apapun.

Janji Tuhan, bahwa setiap makhluk yang bernyawa pasti akan mengalami sakitnya menghadapi kematian. Untuk itu manfaatkan moment berharga sebelum datangnya kematian:

– Janganlah menunda atau menunggu waktu terbaik untuk berbuat secuil kebaikan.

– Janganlah menumpuk sekian banyak masalah kehidupan atau pasrah pada keadaan dan menyerah pada nasib, sehingga kita terlalu sering berpangku tangan atau berfikir bahwa semua persoalan hidup akan berlalu seiring berjalannya waktu.

– Sadarlah, waktu tidak akan pernah mau menunggu keinginan kita untuk berkata bahwa “Biarlah waktu yang akan menjawab semua ini”,  tanpa sadar banyak diantara kita tergilas oleh putaran waktu.

– Tidak ada kata terlambat untuk berbuat sedetik kebaikan.

– Tidak perlu mengulur waktu untuk melakukan semenit perubahan.

– Tidak akan terbuang sia-sia waktu sejam untuk memperbaiki  amalan kebaikan.

– Tidak akan menghabiskan waktu seharian untuk menebus setahun gelimang dosa yang membungkus di masa silam.

Ingatlah bahwa setiap manusia pasti akan diminta pertanggungjawaban terhadap apa yang telah diperbuat selama hidup di dunia ini.

– Tidak akan pernah ada hari khusus ataupun hari baik sesuai perhitungan maupun ramalan manusia, karena Tuhan telah menetapkan semua hari dalam seminggu adalah baik.

– Jangan pernah menunggu datangnya hari tertentu yang sangat istimewa untuk memberikan sesuatu spesial yang tak ternilai harganya bagi siapapun termasuk bagi seseorang yang disayangi, dikasihi dan dicintai ataupun kepada orang yang sangat dibenci sekalipun.

Karena setiap hari dalam kehidupan ini selalu berharga.

– Jangan biarkan Kebahagiaan itu pergi berlalu begitu saja. Bagaimana seandainya bila hari istimewa yang diharapkan tak kunjung datang?

Maka akan timbul penyesalan tak terbayarkan, sedangkan hari-hari yang telah kita lalui akan tertinggal di belakang dan menjadi catatan dalam buku diari sejarah dan sebagai lembaran album kenangan yang akan terlupakan.

– Jangan menunggu ketidakpastian hari esok, sehingga “jika suatu saat nanti atau bila saatnya tiba, maka keberuntungan akan berpihak kepadaku”. Tapi tamankan dalam diri “lakukan sekarang juga apa yang dapat dilakukan, sebelum terlambat dan menyesal kemudian serta tidak ada berarti lagi”.

REZEKI (× = Kolom Miring).

Tidak selamanya apa yang kita dapatkan atau berikan kepada seseorang harus berupa nominal angka Rupiah atau materi bernilai maupun benda berharga, tapi tanpa didasari niat yang ikhlas atau berwujud pamrih serta balas budi dunia semata. Rezeki dapat datang kepada setiap makhluk di muka bumi dari manapun dan kapanpun tanpa diduga-duga sesuai skenario dan keinginan Tuhan.

Rezeki merupakan dimensi misteri yang tersembunyi, karena hanya Tuhan sajalah Yang Maha Tahu seberapa besar kadar atau prosentase rezeki yang bakal kita dimiliki. Seandainya kita mengetahui takdir rezeki yang akan kita miliki kelak, niscaya akan timbul dalam benak diri kecenderungan bila rezeki itu berlimpah ruah, maka dipastikan kita akan berpangku tangan dan malas berikhtiar. Sebaliknya, manakala rezeki yang akan dimiliki itu hanya sedikit atau nyaris merugi, maka tentunya kita juga tidak akan bersungguh-sungguh atau banting tulang untuk terus berupaya mengais rezeki bahkan akan menyerah pada nasib yang telah direncanakan Tuhan sejak dari dalam kandungan.

Tidak seorangpun mampu  memberikan garansi bilamana sudah bekerja keras dengan segenap upaya dan jerih payah setengah mati, maka akan mendapatkan rezeki yang berlimpah.  Tidak pula akan ada jaminan bila kita terlahir dari keluarga berdarah biru lagi milyoner, maka akan mewarisi tahta harta melimpah kelak tanpa perlu bersusah payah bekerja keras atau menghabiskan banyak waktu dengan bermalas-malasan.

Ketahuilah bahwa rezeki yang kita miliki saat ini dan kedepan hanyalah titipan semata, maka senantiasalah berserah diri pada Sang Khaliq. Sandarkan segenap jiwa dan memohon kebaikan kepada Sang Pemberi Rezeki serta yakinkan diri kita bahwa rezeki seorang hamba tidak akan pernah tertukar satu dengan lainnya.

Apakah kita lupa bahwa tidak sedikit nikmat kehidupan di alam semesta yang kita peroleh hingga saat ini juga merupakan rezeki dari Sang Pencipta. Coba renungkan dan pahami serta bertanyalah pada diri sendiri, betapa banyak nikmat rezeki yang tak ternilai harganya justru kita dapatkan tanpa harus membayar atau menggantikannya, seperti:

  1. Apakah kita lupa bahwa betapa anak keturunan yang terlahir dari nikmat hubungan berumahtangga bagi para orang tua. Namun bagi seorang anak harus pasrah dan tidak pernah meminta untuk dilahirkan dari keluarga miskin lagi menderita atau keluarga kaya bergelimang harta.
  2. Apakah kita sadar bahwa sesungguhnya Kesehatan yang kita nikmati selama ini merupakan salah satu rezeki yang patut disyukuri. Bayangkan bila tubuh kita tidak sehat dan terbaring tak berdaya di rumah sakit maka semua kenikmatan yang ada menjadi tak berguna, seakan kehidupan hanya tinggal sesaat. Banyak orang berpendapat bahwa “sehat itu mahal harganya” tapi kenyataannya justru “sakit itu sangat mahal bayarannya”.

Demi kesembuhan dari penyakit, kita rela mengeluarkan semua tabungan yang disimpan selama ini, kita rela bepergian hingga ke banyak dokter spesialis di banyak negara. Kita rela menjual seluruh barang berharga yang kita kumpulkan dengan susah payah selama ini.

Kita sangat berharap dan memohon kepada seorang dokter agar mampu mengobati, menjaga dan merawat Kesehatan dikala kita sakit. Justru kita sering abai/lalai memohon kesembuhan kepada Tuhan. Jangan pernah berpikir bahwa dokter dapat menyelamatkan hidup kita, tetapi sesungguhnya yang dapat menolong hidup kita adalah diri kita sendiri.

Kita terlalu sombong, hingga melupakan bahwa sesungguhnya “Sakit juga bagian dari Kenikmatan.”

Coba renungkan:

– Dengan Sakit, kita lebih dekat kepada Tuhan yang selama ini sering terlupakan, karena kesibukan duniawi.

– Dengan Sakit, baru kita sadar kalau sehat itu betapa berharga dan nikmatnya.

– Bila kita sakit, apapun yang diberikan oleh orang lain tidak akan terasa lezat dan nikmat, karena kita sangat bergantung pada obat-obatan yang pahit dan mahal sebagai kebutuhan utama.

– Justru yang kita minta adalah DOA Tulus Ikhlas dari mereka kepada Tuhan agar cepat diberi kesembuhan. Padahal dikala kita tengah menikmati rezeki sehat, justru kita terlewatkan untuk bersyukur melalui doa karena terhindar dari penyakit dan musibah. Padahal doa itu sangatlah mudah dan tanpa biaya, namun seakan terasa sulit dan mahal harganya ketika kita terbaring sakit.

  1. Apakah kita lupa bahwa Istri, Keluarga dan Orang-orang Terdekat kita adalah Rezeki yang tak ternilai harganya? Kenapa kita melupakan mereka ketika kita telah berada di puncak kejayaan, di atas kesuksesan dalam bisnis, karier dan jabatan duniawi?

Ingatkah kita terhadap mereka yang begitu luar biasa dan berjasa dibalik kehebatan yang kita raih sekarang. Betapa besarnya perjuangan, pengorbanan, doa dan dukungan yang telah diberikan oleh mereka tanpa mengharap balasan apapun dari kita!

Terkadang kita sering meremehkan bahwa Istri, Anak-anak dan Kerabat adalah Sebagian dari Rezeki yang saling melengkapi. Bayangkan bila kita hidup sebatang kara di dunia ini tanpa orang-orang terbaik disekitar kita. Maka hidup kita akan terasa hampa tak berarti. Apakah itu bukan bagian dari rezeki yang kita peroleh?

Sadarkah!

Kita menjadi hebat saat ini bukan semata-mata karena hasil jerih payah kita sendiri atau tanpa peran dan campur tangan orang lain. Pengakuan hebat itu bukan atas dasar penilaian diri sendiri, tapi justru datangnya dari orang-orang disekeliling kita. Tapi mengapa kita tetap tega dan sengaja melupakan mereka!

Bersambung Bagian II…

 

Penulis:Kolonel Laut (P) Rizaldi, S.E

Danlanal Ternate

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *